Rabu, 10 Oktober 2012

Ajarkan Anak Untuk Meminta Maaf


KATA MAAF sangat sulit terlontar dari mulut si kecil?  Berbagai cara dilakukan agar si kecil mengeluarkan kata ‘maaf” apabila melakukan kesalahan.  Meminta maaf mengajarkan anak untuk menerima tanggung jawab dan menjadi alat koreksi bagi dirinya agar dapat berbuat lebih baik.  Ada beberapa tips untuk mengajarkan anak cara meminta maaf, seperti berikut ini :
a.   Orang Tua menjadi Contoh
Setiap orang dapat melakukan kesalahan, baik itu besar maupun kecil, itulah hidup.  Sebagai orang tua, kita pun tak luput dari kesalahan.  Bahkan secara tidak sengaja dapat melakukan kesalahan di depan si kecil.   Saat melakukan kesalahan segera akuilah dan minta maaf dengan si kecil.  Misalnya : “Maaf ya sayang, mama tidak sengaja menjatuhkan gelas kakak.”  Hal ini akan menjadi pelajaran berharga dan akan selalu diingat sehingga akan memberikan nilai positif bagi si kecil. 
Perlu diingat bagi orang tua, bahwa mengucapkan “maaf” kepada anak bukanlah pertanda sebuah kelemahan akan tetapi kekuatan.  Bahkan seorang atasan sekalipun harus dapat meminta maaf jika memperlakukan anak buah dengan tidak baik.   Anak yang tak pernah meminta maaf, tidak akan pernah mengenal proses meminta maaf dan mereka lebih banyak menolak atau menyangkal. Padahal meminta maaf juga bermanfaat untuk mengatasi rasa tersakiti.
b. Mulai Sedini Mungkin
Mengajarkan si kecil untuk meminta maaf, sebaiknya dimulai dari si kecil masih bayi.  Hal ini dikarenakan terkadang kita bisa merasa kesal  dengan rengekan atau tangisan bayi yang tidak mau berhenti.  Bayi dapat merasakan apabila orangtuanya kesal dan marah kepadanya, bukannya tambah diam dan tenang melainkan akan membuat bayi takut.  Sebagai orangtua cepatlah segera menenangkan diri dan berikan pelukan serta minta maaf kepada si kecil.  Cara ini akan menenangkan si kecil sekaligus mengajarkannya cara memberi “pelukan meminta maaf” pada saat si kecil besar nantinya terutama ketika mereka melakukan kesalahan pada anak lain.  Jika model ini dikembangkan di rumah, anak akan mengetahui apa yang harus dilakukan.  Sekali anak telah merasa tenang dan siap memeluk,  Anda kemudian dapat secara verbal meminta maaf.  Atau meminta maaf sembari  memeluknya.
c. Memberi Maaf Setelah Meminta Maaf
Memberi dan meminta maaf sebaiknya terjadi setelah orang menerima kesalahan.  Kebanyakan orang tua menginginkan anak-anak berdamai dengan siapapun yang ditemuinya.  Namun ingat, tidak perlu sebuah permintaan maaf formal untuk memulainya.  Biarkan mereka menggambarkan apa makna dari kata “berdamai” itu sendiri.
Terkadang mereka membutuhkan kata-kata, dan terkadang tidak.  Tapi mereka tahu mereka telah melakukannya atau belum. Membuat anak mampu hidup bersama dengan saudaranya, anak-anak perlu menjaga aturan “berdamai” satu dengan lainnya . Jika meminta maaf  tidak diselesaikan dengan memberi maaf, proses ini belum lengkap untuk sebuah penyembuhan rasa tersakiti.  Sesekali Anda juga perlu memberi contoh memaafkan secara verbal dengan mengatakan “baik, Ibu memaafkanmu” atau “tidak apa-apa nak”.
d. Katakan "maaf, saya.."
Anak-anak kerap melewatkan tatakrama karena kecepatan yang dimilikinya.  Cobalah biasakan anak untuk meminta maaf bahkan dalam hal-hal kecil di rumah misal, bersendawa, kentut dan berkecap saat makan.  Jangan pernah tertawakan hal-hal sepele tersebut kendati terasa lucu. Jika sekali kejadian tersebut disambut tawa, Anak akan sulit memahami nilai kesopanan di masa yang akan datang. Sebaiknya Anda diam atau buat sikap tidak setuju yang ringan, mereka akan segera memahaminya.  Ke depan mereka juga mengurangi kebiasaan buruk tersebut.
Ajari anak kebiasaan mengatakan “maaf, saya kentut/sendawa/ berkecap..” dan seterusnya.  Dengan sendirinya, anak akan belajar mengontrol fungsi ini dilain waktu.
e. Berhenti Memanipulasi dan Memainkan Perasaan
Beberapa anak mungkin sekedar mem-beo dalam kebiasaan mengucapkan kata maaf seperti  "maaf, saya.." atau "Saya minta maaf"  untuk menghindari orang tua marah dan meloloskan diri  dengan cepat dari kesalahan. Sebagai orangtua, Anda memang tidak bisa memaksa perasaan mereka.
Permintaan maaf sebaiknya memang tidak selalu berupa pemaksaan.  Memaksa anak hanya akan membuat anak “meminta maaf palsu” untuk mengikuti keinginan orang tua.  Semua sebaiknya disesuaikan dengan usia, temperamen, situasi dan emosi anak.
Beberapa anak mungkin memerlukan beberapa saat untuk tenang sebelum meminta maaf.  Anak berusia 2 tahun yang memukul kakaknya butuh dua menit untuk duduk di kursinya sendiri dan mengingat jika memukul itu sakit.  Setelah kemarahannya reda, barulah ia siap memeluk kakaknya. Sedangkan anak 10 tahun yang berkelahi dengan saudaranya harus mengatasi luka harga dirinya dengan waktu yang lebih lama, sebelum mengingat jika berkelahi adalah hal yang salah.
Adalah tugas orang tua untuk memastikan permintaan maaf yang dilakukan kedua  anak benar-benar tulus yang dapat menjadi awal dimulainya keceriaan baru. Tetapi, perlu diingat bahwa mengucapkan maaf tidak boleh dipaksakan untuk segera terjadi. Anda hanya dapat menciptakan model, yakni Anda sendiri. Dan, ajarkan jika “orang senantiasa memelihara kedamaian dengan orang lain, akan merasa lebih baik dalam dirinya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar